Universitas Nahdlatul Ulama Yogyakarta melalui Galeri Nusantara kembali menggelar pameran untuk ketiga kalinya. Mengusung tajuk ‘Under The Same Sun’, pameran ini mengeksplorasi hubungan antara manusia, seni dan sains teknologi, memadukan karya seni dan karya ilmiah yang dikemas secara inovatif dan kreatif. Pameran ini sekaligus juga menjadi ruang refleksi dalam memandang hubungan manusia, alam, dan teknologi di hari ini.
Setidaknya ada 23 karya terdiri dari 13 instalasi, 6 mapping /projection, dan 4 prototype. Ssementara seniman / kolektif yang terlibat sebanyak 14 artist terdiri dari 9 individu dan 5 kelompok, diantaranya:
- Eldwin Pradipta
- Fani Cahya Putra
- HONF (The House of Natural Fiber)
- Infografis Kronik Seni Media Indonesia 1976 -2024 (Kontributor : Akbar Yumni, Ignatia Nilu, Rizky
Lazuardi) - Ismoyo Adhi
- Jeffi Manzani
- Jonas Sestakresna & RATA Studio (Bali) Copyright Museum dan Cagar Budaya Borobudur
- Lintang Radittya
- MIVUBI
- Nona Yoanishara
- Pande Wardina
- Paul Kiram
- Stechoq x UNU x TEMPA
- Utami Atasia Ishii
Rektor UNU Yogyakarta Widya Priyahita menjelaskan, pameran “Under The Same Sun” yang mengetengahkan karya-karya inovasi teknologi dalam balutan seni selaras dengan komitmen UNU Yogyakarta dalam pengembangan bidang STEM ( Science, Technology, Engineering, Mathematics).
“Sebagai kampus baru, kami terus fokus pada isu-isu STEM dan masa depan, seperti melalui transformasi digital di lingkup internal hingga persiapan program strategis seperti ICT – Blockchain Academy dan terutama Mohammed Bin Zayed (MBZ) College for Studies yang mempelajari bidang- bidang masa depan. Pameran ini sesuai dengan visi UNU Yogyakarta,” kata Widya Priyahita.
Sebagai kampus Nahdlatul Ulama (NU), Widya juga melihat pameran ini menjadi momen show case bagi NU dan UNU Yogyakarta yang memberi perhatian besar pada STEM dan perkembangannya seperti IoT hingga AI atau kecerdasan buatan.
“Melalui pameran ini, UNU Yogyakarta ingin menjadi anomali di lingkungan NU dan mengajak santri-santri NU untuk menggeluti STEM dan menghasilkan inovasi,” lanjutnya.
Sementara Ignatia Nilu selaku kurator pameran menjelaskan, sejak hadirnya teknologi IoT (Internet of Things), kolaborasi lintas disiplin ilmu menjadi semakin terbuka. Bidang GLAM (Galleries, Libraries, Archives, Museums) dan STEM yang sebelumnya bekerja dengan pendekatan yang berbeda, kini mulai saling berinteraksi dan bertukar ide.
“Kedua bidang itu menciptakan sinergi baru yang menggabungkan kreativitas imajinatif dengan metodologi ilmiah yang ketat. Penggunaan teknologi seperti mesin dan komputasi kini menjadi elemen sentral dalam berbagai kegiatan manusia sehari-hari,” kata Ignatia Nilu.
Pameran bertama art and science pun menciptakan ruang di mana ide-ide ini dapat dieksplorasi lebih jauh. Ini menjadi platform penting bagi kolaborasi antara sektor-sektor berbeda, mulai dari pemangku kepentingan hingga para inovator muda.
“Pameran ini mendukung pengembangan gagasan dan karya yang berdampak tidak hanya pada dunia akademik, tetapi juga industri dan masyarakat luas,” kata Nilu.
Sebagai refleksi dari dunia yang semakin terotomatisasi dan terkoneksi, menurut dia, pameran ini juga berfungsi sebagai wadah untuk melihat kembali hubungan manusia dengan teknologi dan alam.
“Dalam konteks pasca-antropose, pameran ini mengajak kita merenungkan masa depan di mana manusia, alam, dan teknologi hidup dalam keseimbangan,” lanjutnya.
Terlepas dari kekhawatiran akan distopia teknologi, Nilu menambahkan, pameran ini menawarkan pandangan optimis tentang bagaimana manusia dapat hidup harmonis dengan alam, di bawah langit dan matahari yang sama, bahkan di era pasca-internet dan revolusi automasi.
“Dengan demikian, pameran ini bukan hanya soal eksplorasi artistik atau ilmiah semata, tetapi juga pernyataan penting tentang masa depan manusia, alam, dan teknologi,” pungkasnya.
Pameran Seni, Sains & Teknologi ‘Under The Same Sun’ ini terbuka untuk umum tanpa dipungut biaya mulai 9 November 2024 hingga 15 Desember 2024 mulai pukul 13.00 – 21.00 WIB di lantai 1-4 Kampus UNU Yogyakarta.