Pameran Seni Kontemporer ARTJOG dengan mengusung tema Motif: Ramalan resmi dibuka sore (28/6) ini. Pameran ini akan berlangsung hingga 1 September 2024 dengan mengambil venue di Jogja National Museum. ARTJOG tahun ini menghadirkan 84 seniman dewasa, remaja, dan anak-anak.
Acara diawali dengan pratinjau khusus untuk tamu undangan dan rekan media di siang hari, lalu dilanjutkan dengan acara pembukaan pada sore harinya yang juga dihadiri oleh pejabat pemerintah pusat dan daerah, seniman partisipan, dan segenap pendukung dari berbagai sektor.
Acara pembukaan dimulai dengan sambutan oleh Direktur ARTJOG, Heri Pemad, dilanjutkan sambutan oleh kurator tamu Hendro Wiyanto. Terdapat juga orasi kebudayaan oleh Rama Sindhunata, lalu ditutup dengan sambutan dan seremoni pembukaan oleh pendiri Tumurun Museum, Solo Iwan Lukminto. Turut menampilkan juga pertunjukan tari oleh Rianto dan Septina Layan dengan iringan komposisi musik oleh Ari Wulu pada sore hari, kemudian pertunjukkan kolaborasi antara Septina Layan dan Rani Jambak pada malam harinya di Panggung ARTJOG.
Di dalam orasi kebudayaannya, Rama Sindhunata menggambarkan tantangan kesenian di masa mendatang dalam menghadapi dunia di tengah kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) sebagai upaya untuk merespon tema Ramalan.
“Teknologi bagaimana pun adalah mesin, yang daya jangkaunnya dan kemampuannya terbatas. Maukah seni direnggut ketakterbatasannnya dan menundukkan diri pada yang terbatas itu? Itulah tantangan yang harus dijawab oleh seni itu sendiri. Apa-apa bergantung mesin teknologi modernnya, jika akhirnya ia mengambil langkah keputusan, belum tentu ia melangkah berdasarkan otonominya. Seni kiranya perlu menabrak barikade itu dan mengembalikan manusia pada otonominya. Itulah tantangan seni berhadapan dengan AI di zaman ini.” kata Rama Sindhunata.
“Alasan kenapa kami membangun Tumurun (Museum), ekosistem di seni rupa, khususnya di bidang museum itu, masih sangat kurang. Tumurun dibuka di 2018 tentunya masih sangat banyak sekali kekurangan, namun itu yang menjadi semangat kami untuk terus bisa menjadi museum yang berfokus mempromosikan seni rupa Indonesia. Saya harapkan ARTJOG 2024 ini dapat memberikan inspirasi bagi bapak ibu sekalian dan saudara, seperti sedia kalanya ARTJOG memberikan inspirasi saya dalam membangun Tumurun Museum.” kata Iwan Lukminto, pendiri Museum Tumurun Solo.
Acara diakhiri dengan pembukaan secara resmi oleh Iwan Lukminto, yang berlangsung dengan pemberian cinderamata oleh Heri Pemad, berupa salah satu karya seniman komisi Agus Suwage dan Titarubi. Di dalam seremoni tersebut, Heri Pemad menyampaikan bahwa pemberian cinderamati yang simbolis ini menandai semangat yang diberikan kepada Iwan Lukminto untuk selalu memberikan wadah kepada seniman-seniman Indonesia melalui Museum Tumurun.
Pada kesempatan ini diumumkan pula pemenang Young Artist Award (YAA) 2024. Tim juri yang terdiri dari Santi Ariestyowati, Handiwirman, dan tim kurator ARTJOG memilih tiga dari 14 seniman muda di bawah 35 tahun berdasarkan pada kesesuaian tema, eksplorasi medium, serta kebaruan dalam teknis dan penyajian. Pemenang YAA 2024 yaitu Dede Cipon (Yogyakarta), Jay Afrisando (California), dan Alisa Chuncue (Bangkok).
Selama penyelenggaraan, ARTJOG Motif:Ramalan akan didukung oleh program-program lain, seperti ARTJOG Kids, performa•ARTJOG, Exhibition Tour, Meet the Artist, Merchandise Project, Artcare Indonesia, Jogja Art Weeks, dan yang terbaru Love 🤟 ARTJOG.