Calon Gubernur Jawa Tengah nomor urut 02 Ahmad Luthfi menang di Tempat Pemungutan Suara (TPS) 10 Kelurahan Tambakaji, Kota Semarang, Jawa Tengah, Rabu (27/11) lalu. TPS 10 merupakan TPS tempat tinggal KH. Tafsir, Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah.
“Perolehan hasil suara pasangan calon Gubernur/Wakil Gubernur Jawa Tengah Ahmad Lutfhi dan Taj Yasin 196 suara, sedangkan pasangan calon Andika dan Hedrar Prihadi memperoleh 166 suara, selisih 30 suara.” kata Ketua KPPS 10 Kelurahan Tambajaji Ardan Dzaquadziz Olajuan.
Dari sejumlah total 533 jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT) dan tambahan di TPS 10, yang hadir di TPS sejumlah 375 pemilih.
“Pak Tafsir hadir di TPS, dan ikut mencoblos lho” kata Ardan.
Pelaksanan pemilihan umum kepala daerah (Pemilukada) di Kota Semarang, Jawa Tengah menurut Ardan Dzaquadziz Olajuan dinilai telah berjalan dengan aman dan damai.
“Pemungutan suara di TPS 10 berjalan dengan baik, lancar, dan tidak ada gangguan. Bahkan cuaca juga mendukung, karena hujan tidak turun.” jelas Ardan.
Sementara dalam wawancara yang terpisah. Abdul Ghofar Ismail selaku Ketua Pemuda Muhammadiyah Jawa Tengah menyebutkan bahwa secara umum penyelenggaraan pemilihan umum kepala daerah di Jawa Tengah berjalan dengan baik dan damai.
“Kami menerjunkan sejumlah anggota Pemuda dan Kokam Muhamamdiyah di Jawa Tengah untuk melakukan pemantauan jalannya proses pemilihan kepala daerah sejak masa kampanye, pencoblosan, hingga pasca pemilihan.” kata Abdul Ghofar Ismail
Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa proses pemilihan kepala daerah menurutnya berjalan dengan demokratis. Pemuda muhammadiyah tidak menemukan adanya kekerasan dan konflik antar pendukung kandidat, khususnya pada pemilihan gunernur dan wakil Gubernur Jawa Tengah pada proses pemilu yang bisa mencederai demokrasi.
“Sejauh pengamatan kami, pemilukada di Jawa Tengah berjalan dengan aman dan damai. Perdebatan antar pendukung saat menonton langsung debat antar kandidat bersifat wajar, tidak saling memaki dan menghujat. Mungkin perdebatan yang saling merendahkan terjadi di media sosial, tetapi saya kira tidak sampai membelah masyarakat Jawa Tengah.” lanjut Abdul Ghofar Ismail.