Nandur Srawung Kembali Digelar Usung Tema Wasiat: Legacy

Dinas Kebudayaan DIY melalui UPT Taman Budaya Yogyakarta kembali menggelar pameran seni tahunan Nandur Srawung. Memasuki pelaksanaan ke-11 ini, Nandur Srawung mengusung tema “WASITA: Legacy”. Pameran ini merayakan warisan seni rupa dari para seniman pendahulu yang telah memberikan kontribusi besar terhadap dunia seni rupa dan sejarah Indonesia. Tidak hanya merayakan karya seni yang menginspirasi, tapi juga mengeksplorasi bagaimana warisan tersebut mempengaruhi seniman masa kini dalam berbagai aspek seperti sosial, budaya, dan artistik.

Seniman partisipan pameran NS XI didorong untuk mengeksplorasi warisan seni dengan pendekatan yang inovatif dan personal. Tidak hanya meniru, tapi juga menafsirkan ulang dan menghidupkan kembali warisan seni. Walau berdasarkan warisan, karya yang dipamerkan tetap dikemas dalam konteks kekinian oleh seniman partisipan NS XI.

Untuk menyajikan praktik pewarisan kepada publik, tim kurator membagi ruang pameran menjadi beberapa klaster berdasarkan periode perkembangan seni rupa di Indonesia. Pembagiannya sebagai berikut: Bangsa Merdeka dan Rayuan Pulau Kelapa (1945 – 1955); Suara Rakyat dan Gelanggang Warga Dunia (1955-an hingga 1965); Lantunan Lirisisme dan Perayaan Bentuk (1965-1975); Menggali Akar dan Mendobrak Batas (1975-an hingga 1985-an); Pengembara di Dunia Mental dan Mimbar Bebas (1985-an hingga 1995-an); Seni Publik dan Media Baru (1995-an hingga 2005-an); dan Seni Pop dan Kampung Global (2005-2015).

Mengusung lima nilai visi Nandur Srawung yaitu inklusi, rekreasi, edukasi, inovasi, dan kolaborasi, pada penyelenggaraan kesebelas ini, Nandur Srawung menghadirkan program yang dapat diikuti oleh publik seni dan masyarakat umum, diantaranya:

Nandur Gawe

Program Nandur Gawe NS XI dilaksanakan dalam format inkubasi. Para seniman peserta diajak untuk mengolah ide dan konsep bersama kolaborator, yang merupakan kolektif atau seniman di D.I. Yogyakarta, selama 7 hari. Kolaborator yang dipilih dalam program ini memiliki pengalaman panjang dalam dunia seni, sesuai dengan klaster yang diminati dan relevan dengan karya para seniman peserta.

Nandur Gawe diharapkan menjadi proses pewarisan dalam bentuk ilmu pengetahuan serta upaya pelestarian seni rupa di Indonesia. Format inkubasi ini bertujuan untuk mendukung perkembangan kreativitas seni para peserta dan kolaborator yang terlibat.

Srawung Sinau

Srawung Sinau adalah program pendidikan dan berbagi pengetahuan yang diselenggarakan oleh NS. Srawung Sinau NS XI berupa Kelas Pengantar Sejarah Seni Rupa. Kelas ini dirancang  untuk  memperkenalkan  dan  memberikan pemahaman dasar kepada peserta mengenai sejarah seni rupa Indonesia. Berfokus pada warisan para seniman pendahulu yang telah memberi kontribusi signifikan dalam perkembangan seni rupa di Indonesia dan dunia. Dipandu oleh Dr. Mikke Susanto, S.Sn., M.A (Kurator Seni dan Dosen di Jurusan Tata Kelola Seni ISI Yogyakarta), kelas ini akan dilaksanakan pada 19 Agustus 2024. Program ini bertujuan untuk mewadahi seniman, mahasiswa seni, dan masyarakat umum dalam upaya mengenal, belajar, mengapresiasi, dan berdiskusi bersama mengenai seni rupa.

Pameran Nandur Srawung #11

Pameran Nandur Srawung #11 berlangsung dari 15 – 28 Agustus 2024 di Galeri Taman Budaya Yogyakarta. Pameran terbuka untuk umum dan gratis, dapat dikunjungi setiap hari dari pukul 11.00 – 21.00 WIB.

Program harian NS XI

●   Bursa Seni, menyajikan Collectable Art Item dan merchandise seniman;

●   Srawung Moro: Open Studio showcase;

●   Nandur Kawruh: Wicara Seniman;

●    Srawung Temu: Tur Kuratorial, bagi pengunjung umum, siswa siswi sekolah, dan penyandang disabilitas;

●   Lokakarya untuk publik

You May Also Like