102 Tahun Filateli Indonesia “Merajut Harmoni Filateli”

Indonesia, negara kaya akan kepingan benda filateli yang diterbitkan resmi oleh negara. Berbagai tema tercetak dan terdistribusikan dengan tema yang bervariasi dimulai dari flora dan fauna, gastronomi, presiden dan wakil presiden, pahlawan nasional, seniman, kebudayaan (Bahasa, Pakaian, adat istiadat, tari daerah) dan berbagai visual terdokumentasikan melalui filateli atau terkadang benda yang familiar dikenal dengan nama prangko.

Sejarah panjang filateli Indonesia dengan mengumpulkan para penggemar pada Perkumpulan Filatelis Indonesia dimulai pada 29 Maret 1922, perkumpulan filatelis pertama kali berdiri pada era Hindia Belanda, dan dikenal sebagai Postzegel Verzamelaars Club Batavia. Perkumpulan ini kemudian berkembang secara nasional menjadi “Nederlandsch Indische Vereeniging van Postzegel Verzamelaars” pada 15 Agustus 1940.

Setelah kemerdekaan Republik Indonesia, nama perkumpulan mengalami perubahan menjadi Algemene Vereeniging voor Philatelism in Indonesia, Kemudian, pada 1953 diubah menjadi Perkumpulan Umum Philateli Indonesia (PUPI). Pada 1985, barulah nama perkumpulan diubah menjadi Perkumpulan Filatelis Indonesia disingkat dengan sebutan PFI.

PFI sejak awal bukanlah organisasi politik, melainkan organisasi hobi yang bersifat nasional, tidak mencari keuntungan dan terbuka untuk seluruh warga Indonesia baik pria, wanita, tua, maupun muda serta tidak membedakan status strata golongan.

Hari Filateli Indonesia dicanangankan di Kota Yogyakarta 29 Maret 2006 dihadiri oleh Seluruh anggota tergabung dalam  Federasi of Inter Asia Philately atau Federasi Filateli Se-Asia Pasifik dengan tekad bersama untuk menjadikan filateli bukan hanya sebagai organisasi hobi saja melainkan ruang ide kreatif dengan material culture benda filateli.

29 Maret 2024  ini tepat 102 tahun Perkumpulan Filatelis Indonesia sekaligus perayaan Hari Filateli Indonesia ke 18. Berbicara tentang filateli bukan hanya sekedar konteks mengoleksi benda filateli tetapi mewujudkan keselarasan jiwa-jiwa filateli diri diantaranya teliti, jujur, rajin, tekun serta prestasi.

Upaya Melestarikan Filateli diantaranya:

“Mempelajari dan Menghargai Filateli”

Langkah mempelajari dan menghargai filateli menjadi langkah bijak dalam upaya  menjaga filateli, dengan tetap berkomunikasi menggunakan kertas sebagai alat komunikasi sederhana. Dengan penggunaan kertas sebagai hal baik menjadi memorabilia dikemudian hari. 

“Mengajarkan Filateli kepada Generasi Muda”

Generasi muda ialah  pewaris filateli selanjutnya dikemudian hari.  Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengajarkan nilai-nilai budaya atau nilai-nilai jiwa filateli kepada mereka.

“Dukung Seniman”

Filateli tidak akan lepas dari peran Seniman, melalui visual yang ditampilkan bidikan dari lukisan, musik, film,  gastronomi , budaya dan lain sebagainya,  dapat menjadi benda filateli  dapat kita koleksi dan dipelajari dikemudian hari. Sehingga filateli menjadi ruang ide kreatif dan ruang riset. Sehingga dapat dikatakan Seniman adalah penjaga filateli.

“Filateli dan era Digital”

Benda Filateli tak lepas dengan adanya benda bersifat fisik, Benda Filateli menjadi salah satu arsip penting bagi setiap negara, berbagai peristiwa sejarah terdokumentasikan. Hal ini senyaman di era digital , benda filateli juga dilengkapi dengan fitur yang kekinian seperti QR code (Quick response code) yang dapat kita pindai dan baca melalui telepon genggam. Selain itu ada portal komunikasi online dengan tujuan bertukar menukar kartu pos modern saat ini yang cukup dikenal dengan nama postcrossing.com, anggota bisa mendapatkan alamat melalui kanal situs ini dan dapat berkorespodensi aktif dengan masyarakat filateli seluruh dunia. Indonesia tercatat 8900an anggota di portal ini dan 805.000 anggota diikuti seluruh dunia.

Selain itu, dukungan pemerintah juga sangatlah penting bagi filateli. Program-program yang mendukung serta membersamai filateli harus didukung dan diperluas. Pemerintah serta kerjasama mitra filateli juga dapat mendorong komunitas filateli  untuk terus tumbuh , kembang dan terpromosikan.

Fadli Zon mengungkapkan filateli walaupun dipengaruhi kemajuan jaman, hobi filateli ini masih tetap lestari, tak kurang 195 negara masih mencetak prangko sebagai bukti kedaulatan negara.

“Filateli bukan hanya sekedar hobi, melainkan dari Filateli ini kita dapat berkreatifitas, sehingga kegiatan filateli dapat digandrungi generasi muda“ Imbuh Fadli Zon Ketua Umum Perkumpulan Filatelis Indonesia

Selayang Pandang Kartu Pos dari Jogja

Minimnya kalangan akademisi serta masyarakat menggunakan kartu pos sebagai sumber Sejarah, tidak dipungkiri bahwa visual atau gambar yang terpampang dan goresan tinta yang tersurat menjadi saksi perubahan sebuah kota. Melalui jepretan hasil foto yang terbingkai dala, kartu pos dan terdistribusikan kepada masyarakat , kita dapat menelusuri jejak kehidupan yang tidak terdokumentasikan oleh media lain.

Sementara menurut Olivier Johannes Raap, generasi kartu pos pertama di terbitkan oleh pemerintah Hindia Belanda diterbitkan pada 1874 dan dikeluarkan oleh pos negara. Pada awalnya kartu pos yang beredar masih belum bergambar dengan ukuran sekitar 9 x 12 sentimeter. Perusahaan partikelir memulai mencetak visual kartu pos pada 1890an. Beberapa percetakan terkenal pada masa itu diantaranya Arw.Kiekjes, Visser, G. Kolff, Tio Tek Hong , Photax, Kodak , dan Studio Sinar. Dan wilayah Yogyakarta turut hadir terdokumentasikan.

“Benda kecil yang dikenal dengan nama Prangko selain alat pembayaran  berkirim surat atau kartu pos yang  sangat popular pada era abad 20, Adanya perkembangan teknologi tergerus oleh komunikasi yg serba mudah dan cepat. Namun apabila dirasakan akan sangat berbeda saat menerima pesan melalui surat ato kartu pos dibanding pesan cepat yg berbasis teknologi. Hal menarik dari ber Filateli ialah mengirimkan pesan melalui Kartu Pos, selain berpromosi kebudayaan atau pariwisata di setiap gambar yang disajikan juga sebagai pengingat atau memorabilia perjalanan. Banyak hal yang dapat dikolaborasikan dengan kebudayaan khususnya di Kota Yogyakarta” Tambah Yetti Martanti Kepala Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta

Menurut Uul Jihadan – Founder Jejak Kartu Pos , Dari kartu pos inilah terbingkai cerita eksotis wilayah Yogyakarta pada masa itu, menceritakan eksotis nya Yogyakarta dimulai dari situasional Kraton Jogja dan Pakualaman, Masjid, Gereja, bangunan, pemandangan alam, kehidupan sosial, transportasi di kota Yogyakarta tak lepas dari hasil jepretan Kassian Chepas dan Sem Chepas, pada era kini  Yogyakarta juga mempunyai fotografer Risman Marah dan Agus Leonardus terkenal membingkai sudut jogja dalam kartu Pos. Yogyakarta tercatat 6 Juni 2023 mengabadikan  Malioboro pada bingkai Kartu Pos dan Prangko Indonesia yang resmi diterbitkan oleh negara.  

“Dalam Merajut Harmoni Filateli menjadi tanggung jawab kita bersama, sejarah panjang 102 tahun Filateli Indonesia di tahun 2024 ini kita dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya melestarikan jiwa filateli teliti, jujur, rajin, tekun serta prestasi. Sebagai individu kita juga memiliki peran penting dalam upaya mempelajari, mengajarkan dan mendukung filateli. Dengan Selayang pandang kartu pos Jogja yang kaya, menjadi contoh filateli hadir dan tetap hidup dan berkembang hingga kini “ imbuh Uul Jihadan

Tahun 2024 ini 102 tahun Perkumpulan Filatelis Indonesia serta Hari Filateli Indonesia ke18 diselenggarakan di Depok, Jawa barat pada 29 Maret 2024 bertempat di Rumah Kreatif Fadli Zon.

You May Also Like